Sejarah mengenai awal mula suku Toraja tidak
diketahui dengan pasti karena tidak ada bukti tertulis yang bisa memastikan,
namun sejarah mengenai suku Toraja di diceritakan secara turun temurun generasi
ke genarasi, sehingga masih diketahui oleh beberapa pakar saat ini, namun
mungkin tidak dengan pasti. Dikarenakan oleh suku Toraja awalnya adalah bagian
dari suku protomelayu bersama dengan suku batak karo, minangkabau, dayak dan tagalok (ke Philipina) yang menjadi suku-suku pertama yang datang ke Indonesia.
Suku protomelayu memiliki ciri khas lukisan atau
ukiran bukan tulisan, sehingga setiap sejarah atau kejadian penting yang terjadi
pada masa lalu, tidak mempunyai peningggalan bukti tertulis. Suku ini berasal
dari beberapa wilayah yakni Dongson,annam,Yunan, di China, sebagian dari Mongolia.
Untuk nenek moyang suku Toraja, diperkirakan datang
sekitar abad ke-6(enam) yang datang dengan perahu-perahu melalui sungai yang
besar menuju ke pegunungan sulawesi selatan. yang akhirnya menduduki pegunungan
termasuk pegunungan-pegunungan di Toraja, yang sesuai dengan fakta yang ada mereka
itu kebanyakan datang dari selatan Toraja.
Mereka datang dalam
kelompok-kelompok, yang dalam sejarah Toraja kelompok-kelompok itu disebut
Arroan(Kelompok manusia). menyusuri sungai dengan perahu hingga mereka tidak
dapat lagi melayarkan perahunya sehingga menambatkan perahu mereka
dipinggir-pinggir sungai dan ditebing-tebing gunung disungai yang dilaluinya.
perahu-perahu mereka itu dijadikan tempat mereka tinggal sehingga didalam
sejarah Toraja ada istilah BANUA DITOKE’(Banua = Rumah, Ditoke’=Digantung).
Menurut sejarah
Toraja Tiap-tiap arroan itu dipimpin oleh seorang pemimpin yang dinamakan yang
dinamakan Ambe’ Arroan ( Ambe’= Bapak, Arroan = Kelompok manusia).
arroan-arroan atau kelompok-kelompok manusia itu tidak datang sekaligus. mereka
datang berangsur-angsur dan masing-masing arroan itu menempati menempati tempat
tertentu untuk menyusun persekutuan keluarga masing-masing dibawah pimpinan
ambe’ arroan.
Lama kelamaan
keluarga atau anggota dari arroan-arroan ini bertambah banyak dan perlu
mempunyai tempat tinggal yang lebih luas. sehingga merekah
terpecah-pecah/tersebar pergi mencari tempat masing-masing dalam bentuk
keluarga kecil yang dinamai Pararrak (Pencaran/Penjelajah) dengan dipimpin
oleh seorang kepala/pemimpin pararrak yang di namai Pong Pararrak(Pong = Utama)
yang artinya kepala pememimpin penjelajah.
Dengan meratanya
daerah yang telah dikuasai oleh penyebaran kelompok-kelombok keluarga Arroan
dan Pararrak ini maka seluruh pelosok pegunungan dan dataran tinggi sudah
terdapat penguasa-penguasa kecil dari penguasa Ambe' atau Pong yang
perkembangannya sangat nyata dimasyarakat Toraja disamping Gelar-gelar yang
lainnya.
Lama kelamaan kelompok kelompok kecil ini
(Pararrak) menjadi besar serta anggotanya semakin banyak dan mereka berkuasa
dimasing-masing tempat mereka berkuasa. dan mereka mempunyai pemerintahan
sendiri seperti arroan yang dinamakan pula Pong Arroan.
Beberapa kelompok
Arroan dan Pararrak menyebar jauh ke utara hingga mencapai Rantepao kemudian
semakin menyebar ke bagian utara Rantepao.
Ada juga kelompok
arroan yang menyebar lebih jauh lagi ke Galumpang, Makki(Mamuju), Pantilang, Rongkong,
Seko(Luwu), Suppirang(Pinrang), dan Mamasa.
Beberapa waktu
kemudian,datanglah kelompok-kelompok baru dengan masing-masing kelompok
dipimpin oleh seseorang yang diberi gelar Puang. Puang dari kata puang Lembang,
disebutkan sebagai pemilik. Puang=pemilik, Lembang=kapal. Kemungkina besar juga
masih berasal dari daerah yang sama dengan kelompok Arroan, yakni dari
Indochina.
mereka datang dari
arah selatan dengan perahu-perahunya dan pengikutnya melalui sungai.
setelah perahu mereka tidak lagi dapat melalui sungai karena air yang desar dan
berbat-batu maka sebagian manambatkan perahunya dan sebagian membongkar
perahunya dan membawa kerangkanya ke gunung tempat mereka akan tinggal bersama
dengan pengikutnya karena belum ada tempat bernaung sehingga mereka membuat
rumah dari kerangka perahu yang mereka bongkar itu. Dalam sejarah Toraja
disebut tempat perkampungan yang pertama dari Puang - Puang Lembang ialah Bamba
Puang (Bamba = Pangkalan/Pusat, Puang = yang memiliki ).
Penguasa – penguasa
ini mempunyai tata masyarakat tersendiri dan memiliki cara pemerintahan
tersendiri, namun mereka masih dalam kelompok kecil di daerah Bambapuang. Dari
sini pula mereka kemudian menyebar ke daerah lain dan menjadi penguasa daerah
yang ditempatinya, dan tidak lagi dikenal sebagai Puang Lembang (Pemilik
Perahu) tetapi Puang dari daerah yang dikuasainya misalnya :
Puang ri Lembang (Pemilik
perahu)
Puang ri Buntu ( penguasa
daerah Buntu)
Puang ri Tabang (penguasa
daerah Tabang)
Puang ri Batu (penguasa daerah
Batu)
Puang ri Su’pi’ (penguasa
daerah Su’pi’) dll
Setelah para Puang
yang menguasai tiap tempat makin bertambah banyak pengikutnya, maka timbullah
persaingan kekuasaan di antara mereka, dimana sebagian Puang mulai merebut
daerah kekuasaan Pong Pararrak atau Ambe’ Arroan yang lebih dulu memiliki
kekuasaan terlebih dulu, dan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.
Hal ini membuat sebagian Puang membujuk Pong
Pararrak dan Ambe’ Arroan untuk bersekutu untuk melawan Puang yang lain.
Persekutuan ini kemudian disebut Bongga (Bongga = besar, hebat, dahsyat).
Sebagai pimpinan Bongga maka diangkat Puang yang kuat di antara mereka yang
dalam kedudukannya dinamakan Puang Bongga (yang memiliki kekuasaan yang kuat
dan hebat), seperti yang terkenal dalam sejarah Toraja seorang penguasa Bongga
yang terkenal adalah Puang Bongga Erong.
Karena persaingan
yang begitu hebat dan terus – menerus di kalangan Puang – Puang ini, maka
pengaruh dari penguasa Puang di daerah Bambapuang makin merosot, apalagi
setelah terjadi perpindahan beberapa Puang ke bagian utara Bambapuang untuk
mencari tempat yang lebih aman untuk menerapkan pemerintahannya. Tetapi berbeda
dengan Pong Pararrak yang ada di bagian utara, tidak terjadi persaingan karena
masing – masing menguasai daerah yang sudah ditempatinya.
Diolah dari beberapa
Sumber.
Red.Raputallangku, Buku pedoman sejarah(perpustakaan Unhas), toraja-culture(blog), Jansen Tangketasik(UI.2010), Simon Petrus(filosofi budaya Toraja, live TVRI)